Dalam
budaya jawa ( kejawen ) , penyebutan ” Kakang Kawah Adi Ari-Ari” keberadaannya
masih tersamar. Apalagi di zaman modern sekarang ini. Mitos saudara kembar yang
ghaib ini cenderung di abaikan. Ini konsekuensi dari zaman maju. Dunia material
cenderung meningkat, sedang kaweruh spiritual orang jawa kian gersang. Kita
mencoba untuk memahami kembali Puasa Weton yang bagi orang jawa di percayai
dapat memberikan pencerahan spiritual dengan berbagai mitosnya yang penuh
dengan kesakralan dan religiusitas.
Hakikat Puasa menurut ” Wulang Reh “.
Hakikat Puasa menurut ” Wulang Reh “.
Sri
Pakubuwono IV telah memberikan wewaler, peringatan,pada anak cucunya untuk
pengekangan nafsu. Peringatan itu tertuang dalam karyannya Serat Wulang Reh,
yang di tulis pada hari ahad kliwon, wunku sungsang, tanggal ke-19, bulan
besar, mongso ke-delapan, windu sancaya dan di beri sengkalan :
Tata-guna-Swareng-Nata ( 1735 ).Ia bergelar : Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan
Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV. Nama
kecilnya adalah Bandoro Raden Mas Gusti sumbadyo, Putra Pakubuwono III dengan
Kanjeng Ratu Kencana.Dalam pupuh II Tembang Kinanthi ia menulis : “Podho Gulangen
Ing Kalbu, Ing Sasamita Amrih Lantip, Ojo pijer mangan nendra, ing kaprawiran
den kesthi, Pesunen sariraniro , Sudanen dhahar lan guling. (Wahai, asahlah di
dalam hatimu biar tajam menangkap isyarat isyarat ghaib. jangan terlalu banyak
makan dan tidur, kurangilah hal tersebut, cita citakan kaprawiran ” keluhuran
budi “, agar bisa mengekang diri) “.Inti yang cepat di tangkap dari wejangan
ini menyangkut pada pengendalian diri dan cara yang harus di tempuh adalah
dengan perpuasa.Hakekat Puasa adalah pengekangan diri, karena alam duniawi
banyak memberi godaan. Silau dengan kemewahan, apalagi kalau sedang mendapat
suka cita yang berlebihan, ” Maka kaprayitnan batin ( kewaspadaan ) akan
terkurangi. Manusia akhirnya akan terbelenggu nafsunya. Nafsu yang bersumber
dari dirinya sendiri.Nafsu merupakan sikap angkara yang dalam Wulang Reh di
sebutkan terdiri dari 4 macam , yaitu :
Lawwamah,
Bertempat di perut, lahirnya dari mulut ibarat hati bersinar hitam. Akibatnya
bisa menimbulkan dahaga, kantuk dan lapar.
Amarah,
artinya garang bisa menimbulkan angkara murka, iri dan emosional. Ia berada di
empedu, timbulnya lewat telinga bak hati bercahaya merah.
Sufiyah,
Nafsu yang menimbulkan birahi, rindu, keinginan dan kesenangan. Sumber dari
Limpa timbul lewat mata bak hati bercahaya kuning.
Muthmainah,
Berarti rasa ketentraman. Punya watak yang senang dengan kebaikan, keutamaan
dan keluhuran budi. Nafsu ini timbulnya dari tulang, timbul dari hidung bagai
hati bersinar putih.
Lelaku
Puasa. Ritualnya di mulai dengan reresik raga (membersihkan badan). Badan harus
bersih dari kotoran dunia, caranya dengan siram jamas (mandi besar). Kalau
perlu menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga lima warna, Mawar, Melati,
Kenanga, Kanthil putih, Kanthil kuning. Waktu mandi membaca doa ” Ingsun Adus
Ing Banyu Suci, Kang adus badan sejati, Kakosokan nyowo sejati, Amulyaaken
kersane Pangeran (Aku mandi di air suci, Yang mandi badan sejati, membersihkan
nyawa sejati, memuliakan takdir Illahi.
Lelaku, jangka waktu puasa ini sehari semalam yang di mulai pukul 24.00 WIB di akhiri pukul 24 WIB hari berikutnya. lelaku puasa yang lebih bersifat khusus. Jangka waktunya 3 hari. Keistimewaan puasa ini menurut pinisepuh ( para arif ) jawa terletak pada nilai amalannya. Seseorang yang melakukan puasa dina dulur ini, nilai amalannya hampir sama dengan puasa 40 hari. Keistimewaan lain adalah terletak pada mustikanya. Puasa ini di yakini dapat menyelesaikan problematika hidup yang sangat berat dalam waktu yang sangat mendesak.
Tiga weton dan buang sengkala.
Lelaku, jangka waktu puasa ini sehari semalam yang di mulai pukul 24.00 WIB di akhiri pukul 24 WIB hari berikutnya. lelaku puasa yang lebih bersifat khusus. Jangka waktunya 3 hari. Keistimewaan puasa ini menurut pinisepuh ( para arif ) jawa terletak pada nilai amalannya. Seseorang yang melakukan puasa dina dulur ini, nilai amalannya hampir sama dengan puasa 40 hari. Keistimewaan lain adalah terletak pada mustikanya. Puasa ini di yakini dapat menyelesaikan problematika hidup yang sangat berat dalam waktu yang sangat mendesak.
Tiga weton dan buang sengkala.
Ritual
Puasa dina dulur ini selama 3 hari, dan harus tepat pada hari Selasa Kliwon,
Rabu Legi dan Kamis Pahing. Tentu saja ini dari hitungan kalender jawa, atau
umumnya dalam satu bulan terdapat 3 hari yang berurutan ini. Tinggal kita saja
yang menentukan ada kesiapan atau tidaknya niatan yang mantap untuk menjalankan
lelaku puasa khusus ini.Jangka waktunya juga sama dengan waktunya puasa puasa
kejawen lainnya. Dimulai ( sahur ) pada pukul 24 WIB di akhiri (Berbuka) pada
pukul 24 WIB hari berikutnya. Demikian juga kesiapan jiwa raga seseorang yang
hendak berpuasa. Di pagi harinya, sebelum hari (H) ia wajib melakukan
pembersihan diri dengan cara " siram jamas " ( mandi besar ) lebih baik
kalau menggunakan kumkuman (rendaman) bunga setaman yang baru di beli di pasar.
Cara mandi jamas ini tidak boleh sembarangan. Rendaman bunga yang tercecer itu
harus di kumpulkan dan di larung ( di buang ) di sungai. Hal ini di dasarkan
pada mitos "sengkala" ( nasib buruk/dosa dosa ). Termasuk sifat buruk
dan nafsu dalam diri manusia harus harus di buang jauh. Larung di maknakan di
buang jauh. Sedangkan sungai ( muaranya menuju lautan bebas ) sebagai simbol
dunia luas dan tak terbatas.
Bubur
Lima Warna. Akan lebih sempurna bila dalam ritual larung ini di sertakan
sesajen berupa bubur lima warna. Hitam, putih, Merah, Kuning dan merah di beri
titik putih. Lima warna ini berarti menghormat pada " Keblat Papat Limo
Pancer " ( Keblat 4 5 bumi tempat berpijak ). Hitam berada di utara, merah
di selatan, kuning bertempat di barat dan putih berada di timur.Khusus Filosofi
bubur merah bertitik putih, sebenarnya di artikan penghormatan kepada orang
tua. Bisa juga sesepuh ( leluhur kita ) baik yang masih hidup ataupun yang
sudah meninggal. Namun dalam khasanah kiblat tadi di maknakan pancer.Tentang
bubur lima macam ini bisa kita kaitkan dengan simbolisasi bunga lima warna. Dan
semua unsur ini di maksudkan sebagai pelengkap sebelum melakukan puasa dino
dulur. tetapi jauh di balik ini semua ada mitos bahwa semua unsur itu sebagai
pendukung ( kekuatan batin ) dalam melaksanakan puasa. Sekaligus penguat dan
peneguh iman seseorang dalam menjalankan ritual puasanya.
Saudara-Saudara Halus / Sedulur papat kalimo pancer. Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat ) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
Saudara-Saudara Halus / Sedulur papat kalimo pancer. Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat ) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
a.
Kakang kawah, saudara tua kawah, dia
keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
b.
Adi ari-ari, adik ari-ari, dia
dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya
kuning.
c.
Getih, darah yang keluar dari gua
garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
d.
Puser, pusar yang dipotong sesudah
kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain
sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah
badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka
ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah,
( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui
ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang
dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah
udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara
mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan
Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang
sungguh-sungguh )
mereka itu selalu bersama kamu,
menjaga kamu dimanapun kamu berada. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa mereka
itu menolongmu dalam setiap saat kegiantanmu, mereka akan senang, bila kamu
memperhatikan mereka, mengetahui akan keberadaan meraka. Adalah bijaksana untuk
meminta mereka supaya berpatisipasi dalam setiap kegiatan yang kamu lakukan,
seperti : minum, makan, belajar, bekerja, meyopir, mandi dam lain-lain. Dalam
batin kamu mengundang mereka, misalnya :
1.
Semua saudara halusku, saya mau
makan, bantulah saya ( ewang-ewangono ) artinya mereka itu akan membantumu,
sehingga kamu selamat pada saat makan dam makanan itu juga baiak untukmu.
2.
2. Semua saudara halusku, bantulah
saya untuk menyopir mobil dengan selamat sampai kantor. Ini artinya kamu kan
menyopir dengan selamat sampai ke kantor, tidak ada kecelakaan yang terjadi
pada kamu, pada mobil dan yang lain-lain.
3.
Semua saudara halusku, saya akan
bekerja, bantulah saya supaya bisa meyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan
lain-lain.
Tetapi kamu jangan meminta
partisipasi mereka pada waktu kamu mau tidur, untuk hal itu kamu harus berkata
: saya mau tidur lindungilah saya ( reksanen ) pada waktu saya tidur, kalau ada
yang mengganggu atau membahayakan, bangunkanlah saya, sambil membaringkan badan
ditempat tidur sebelum menutup mata, dengan meletakkan tangan kanan didada,
menyentuh jantung, katakanlah : “ saya juga hidup “
Dengan mengenali mereka artinya kamu
memperhatikan mereka dan sebaliknya mereka pun mengurusi kamu. Kalau kamu tidak
memperhatikan mereka, mereka tidak akan berbuat apapun untuk menolongmu, mereka
mengharap supaya secepatnya kamu kembali ke asalmu, supaya mereka itu secepatnya
terbebas dari kewajibannya untuk mendampingimu. Ketika kamu kembali kealam
kelanggengan, mereka juga akan pergi dan berharap diberi kesempatan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa untuk dilahirkan sebagai manusia dengan jiwa dan raga dalam
hidup baru mereka di dunia.
Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari sekali. Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya itu penting dan harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui tanggal, bulan, tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan menghormati para leluhur dab yang paling penting untuk mengingat dan memuji Sang Pencipta Hiduo, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari sekali. Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya itu penting dan harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui tanggal, bulan, tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan menghormati para leluhur dab yang paling penting untuk mengingat dan memuji Sang Pencipta Hiduo, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara yang lengkapuntuk meyebut
saudara-saudara halus tersebut adalah : Mar
marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo pancer .
- Bantulah saya (katakan apa
keperluanmu)
- Jagalah saya pada waktu saya tidur
Sebaliknya kamu menyebut nama mereka
dengan lengkap sehingga kamu menjadi biasa dengan mereka (jumbuh) misalnya
untuk beberapa bulan. Sesudah itu kamu boleh memanggil mereka semua : saudara
halusku.
Tetapi pada saat kamu berdoa atau
meditasi, kamu menyebut dengan nama lengkap, juga pada saat kamu memberikan
sesaji untuk mereka, katakanlah nama mereka satu demi satu. Kamu hendaknya tahu
bahwa kakang kawah dan adi ari-ari adalah yang paling banyak membantu kamu.
Kakang kawah selalu berusa dengan sebaik-baiknya supaya semua keinginan dan
usahamu terealisir sedangkan adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan kamu.
Oleh karena itu pada saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
Oleh karena itu pada saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
2. Selain memberikan sesaji kepada saudara-saudara halus kamu bisa menyucikan diri, antara lain dengan cara berpuasa selama 24 jam, hanya makan buah dan sayuran ; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali dan lain-lain.
Ada juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut Ngapit.dengan selalu meminta partisipasi dari saudara-saudara halusmu, ini berarti kamu aktif secara lahir maupun batin
Yang melakukan sesuatu itu bukan hanya aku, tetapi Ingsun yaitu aku-lahir, luar (jobo) bersama dengan aku dari batin (jero). Maka itu orang Jawa yang mau melakukan hal penting berkata : Niat Ingsun.
Dengan melakukan laku spiritual
seperti tersebur diatas, biasanya orang berharap supaya hidupnya selamat dan
sejahtera, atau untuk penghayatan ilmu sejati merasa lebih dekat kepada hidup
sejati atau kasunyatan.